Cool Blue Outer Glow Pointer

Kamis, 24 November 2016

Sifat Sombong Dan Angkuh Yang Berbahaya


Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham
Sahabat dunia islam, Karena angkuh dan sombong Iblis terusir dari surga dan terlaknat hingga Hari Kiamat, bahkan selamanya. Karena angkuh dan sombong, Firaun ditenggelamkan dalam lautan dan jasadnya dipermalukan sebagai ibrah manusia sejagat. Karena angkuh dan sombong, Qarun dibenamkan ke perut bumi berikut harta dan kekayaannya.
Senasib dengan makhluk terkutuk lainnya, kaum ‘Aad, kaum Luth, Tsamud, dan lain sebagainya. Semuanya diazab dengan pedih karena kesombongan dan keangkuhan mereka; memandang rendah para rasul yang diutus kepada mereka. Lebih dari itu, mereka pun menolak kebenaran yang disampaikan para rasul.
Untuk sebuah seruan, kepada siapa pun, janji dan peringatan Allah ini maha benar-Nya. Akibat angkuh dan sombong pasti akan sakit dan menyakitkan, hina dan menghinakan, habis dan menghabiskan. Berdalih dan berargumentasi untuk sebuah pembenaran yang dipaksakan adalah hal yang sama pasti akan merusakkan dirinya.
Ia sombong dengan kecerdasannya yang sebenarnya juga terbatas lagi semu. Ia berani mengutak-atik ayat-ayat-Nya dengan dalih multitafsir; ia tak merasa malu dan bersalah melawan seruan ulama. Mengkritisi dengan kata-kata yang tak pantas, membabi dan membuta siapa pun lawan politiknya.
Saudaraku, sebagai manusia kita adalah makhluk yang lemah. Karenanya tak selayaknya untuk merasa dirinya paling menguasai ilmu, paling pintar dan menyombongkan diri di hadapan Penguasa langit dan bumi.
Ironisnya, imbas kepentingan dunia bernama pilkada justru menunjukkan banyak manusia yang lupa hakikat dan jati dirinya, sehingga membuat dia sombong dan angkuh untuk menerima kebenaran, merendahkan orang lain, serta memandang dirinya sempurna dalam segala hal.
Rasulullah SAW telah menjelaskan tentang Bahaya Sifat Sombong Dan Angkuh, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi, beliau bersabda, “Tidak masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan, kemudian seseorang berkata, “Sesungguhnya seseorang itu senang pakaiannya bagus dan sandalnya bagus.” Beliau bersabda,”Sesunguhnya Allah itu Indah dan Dia menyenangi keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR Muslim).
Imam An-Nawawi turut berkomentar tentang hadis ini, “Hadis ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran.” (Syarah Shahih Muslim 2/269).
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Orang yang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya, dia memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak pantas mengerjakan suatu urusan. Dia juga sombong menerima kebenaran dari orang lain.” (Jami’ul Ulum Wal Hikam, 2/275).
Raghib Al-Asfahani berkata, “Sombong adalah keadaan/kondisi seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya lebih utama dari orang lain, kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabb-nya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya.” (Umdatul Qari`, 22/140).
Camkan Allah SWT berfirman untuk kita, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (angkuh).” (QS Luqman: 18).
Ibnu Abbas menjelaskan makna firman Allah “(Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia), dia berkata, “Janganlah kamu sombong dan merendahkan manusia, hingga kamu memalingkan wajahmu ketika mereka berbicara kepadamu.” (Tafsir At-Thobari 21/74). Ingat nasihat Nabi SAW, “Tidak akan masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan.” (HR Muslim).
Akibat angkuh sungguh sangat berbahaya. Lawan dari sifat ini adalah tawadhu. Maka sepantasnya, seorang Muslim menjauhkan diri dari sifat sombong dan menumbuhkan sifat tawadhu. Semoga Allah SWT mengisi dan memenuhi hati kita dengan sifat tawadhu. Mudah menerima kebenaran, dan tidak meremehkan orang lain. Aamiin.
Sumber : Republika.co.id

Selasa, 22 November 2016

Etika Berdo'a

Wongdewek - Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
“Janganlah pencarianmu (doa-doamu) sebagai sebab untuk diberi sesuatu dari Allah Swt, maka pemahamanmu kepadaNya menjadi sempit. Hendaknya pencarianmu (doa-doamu) semata untuk menampakkan wujud kehambaan dan menegakkan Hak-hak KetuhananNya.”

Pencarian merupakan arah yang menjadi sebab terwujudnya kehendak yang harus ada. Pencarian, usaha, doa, ikhtiar merupakan rangkaian sebab-sebab menuju apa yang ingin diraih. Termasuk disini adalah berdo’a
Umumnya orang berdoa agar terwujud apa yang diinginkan. Berikhtiar agar tercapai apa yang dicita-citakan. Padahal dimaksud Allah Swt memerintahkan kita berdoa dan berupaya, semata-mata agar eksistensi kehambaan kita yang serta fakir, serba hina, serba tak berdaya dan lemah muncul terus menerus di hadapanNya. Bukan, agar kita bisa mewujudkan apa yang kita kehendaki, karena hal demikian bisa memaksa Allah Swt menuruti kehendak kita.
Pemahaman yang sempit tentang Allah Swt, akan terus menerus berkutat pada sikap seakan-akan Allah-lah yang mengikuti selera kita, bukan kehendak kita ini akibat kehendakNya, perwujudan yang ada karena kehendakNya, bukan disebabkan oleh kemauan kita.
Ketika manusia berdoa seluruh kehinaan dirinya, kebutuhan dirinya dan kelemahannya serta ketakberdayaannya muncul. Itulah hikmah utama dibalik berdoa. Ketika kita berikhtiar, pada saat yang sama kita menyadari betapa tak berdayanya kita. Sebab kalau kita berdaya, pasti tidak perlu lagi ikhtiar dan berjuang.
Di sisi lain, kita dituntut untuk terus menerus menegakkan Hak-hak KetuhananNya, bahwa Allah berhak disembah, berhak dimohoni pertolongan, berhak dijadikan andalan dan gantungan, tempat penyerahan diri, berhak dipuji dan dipatuhi, berhak dengan segala sifat Rububiyahnya yang Maha Mencukupi, Maha Mulia, Maha Kuasa dan Maha Kuat. Semua harus terus tegak di hadapan kita. Dan itu semua bisa terjadi manakala kehambaan kita hadir.
Ironi-ironi dalam ikhtiar dan doa kita sering terjadi. Kita lebih memposisikan sebagai “tuhan”, dengan banyak memerintah Tuhan agar menuruti kehendak kita, kemauan kita, proyeksi-proyeksi kita. Diam-diam kita menciptakan tuhan dan berhala dalam jiwa kita, agar dipatuhi oleh Allah Sang Pencipta. Inilah piciknya iman kita kepadaNya, yang sering memaksaNya sesuai dengan pilihan-pilihan kita, bukan pilihanNya.
Karena itu hakikatnya, menjalankan perintah doa itu lebih utama dibanding terwujudnya doa kita (ijabah). Ikhtiar kita hakikatnya lebih utama daripada hasil yang kita inginkan. Perjuangan kita hakikatnya lebih utama dibanding kemangan dan kesuksesannya. Ibadah lebih utama dibading balasan-balasanNya. Karena taat, doa, ikhtiar itu menjalankan perintahNya. Sedangkan balasan, ijabah, sukses, kemenangan, bukan urusan manusia dan tidak diperintah olehNya.
Banyak orang berdoa, beribadah, berikhtiar, tetapi bertambah stress dan gelisah. Itu semua disebabkan oleh niat dan cara pandangnya kepada Allah  Swt yang sempit. Sehingga, bukan qalbunya yang menghadap Allah Swt, tetapi nafsunya.
Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily, ra berkata: “Janganlah bagian yang membuatmu senang ketika berdoa, adalah hajat-hajatmu terpenuhi, bukan kesenangan bermunajat kepada Tuhanmu. Hal demikian bisa menyebabkan anda termasuk orang yang terhijab.”
Bahwa kita ditakdirkan bisa bermunajat kepadaNya, seharusnya menjadi puncak kebahagiaan kita. Bukan pada tercapainya hajat kebutuhan kita. Kenapa kita bisa terhijab? Karena kita kehilangan Allah Swt, ketika berdoa, karena yang trampak adalah kebutuhan dan hajat kita, bukan Allah Tempat bermunajat kita.

*Sumber : http://www.sufinews.com

Pilihlah Yang Memberatkan Hatimu

Wongdewek - “Apabila ada dua perkara yang serupa, maka pandanglah yang paling memberatkan nafsu, lalu ikuti yang paling memberatkan itu. Sebab tidak ada yang memberatkan nafsu kecuali pasti benar.”

– Syeikh Ibnu Ath-Thaillah As-Sakandari
Manusia seringkali menghadapi dilemma, ketika berhadapan dengan dua masalah yang sulit untuk diputuskan, karena dua-duanya benar, dua-duanya wajib, dua-duanya tidak baik, atau dua-duanya boleh dilakukan. Bukan perkara antara wajib dan haram, antara sunnah dan makruh, antara boleh dan tidak boleh. 
Dalam hal-hal yang serupa ini, perkara mana yang harus anda ambil?
Maka kita akan mengambil keputusan yang paling memberatkan nafsu kita. Sebab, mengambil hal yang meringankan nafsu kita, jika yang kita putuskan adalah dua perkara yang nilainya sama, sulit terlepas dari penympangan. Tetapi, jika kita memutuskan yang memberatkan beban nafsu kita, kebenaran akan memihak kita.
Dalam perjalanan para penempuh Jalan Ilahi, seringkali dihadapkan masalah-masalah seperti itu. Kiat paling sederhana dan mapan, adalah memilih yang bukan pilihan selera nafsu kita. Karena sesuatu yang benar sekalipun, jika kita berangkat dari niat yang tidak ikhlas, niat menuruti selera nafsu, praktek kebenaran itu menjadi tidak benar. Contohnya orang berdakwah itu benar, apalagi yang disampaikan kebenaran. Namun menjadi tidak benar bila ketika berdakwah dasarnya adalah hawa nafsu; seperti popularitas, materi, pencarian legitimasi atau pujian-pujian.
Memilih yang bukan selera nafsu kita, berarti memilih selera Allah Swt, memprioritaskan Allah Swt, mencari wilayah yang diridhoiNya.
Kata hati paling dalam adalah muatan kebenaran. Maka Rasulullah Saw, bersabda, “Mintalah fatwa pada hatimu, walau yang lain menfatwaimu, walau yang lain menfatwaimu, walau yang lain menfatwaimu…”
Kata hati adalah ungkapan sejati, yang bisa menepis selera nafsu kita.
Nah, tanda-tanda kita mengikuti selera nafsu seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Athaillah as-Sakandary:
“Diantara tanda-tanda mengikuti selera hawa nafsu adalah bergegas dalam ibadah sunnah, namun malas menegakkan ibadah-ibadah wajib.”
Kebiasaan spiritual yang buruk seseorang tergesa-gesa meraih hal-hal yang ajaib dibalik ibadah, ingin segera diberi karomah, ingin segera dibuka hatinya, ingin ditampakan fenomena-fenoma hebat, dan sebagainya. Semua itu akibat dari nafsu tersembunyi di balik ibadah, khususnya ketika menjalankan hal-hal sunnah.  
Sedangkan ketika menjalankan ibadah wajib, hanya dinilai sebagai kewajiban yang harus digugurkan, manakala sudah selesai. Atau sekadar menjalankan kewajiban. Padahal Allah Swt, mewajibkan suatu amal ibadah tertentu, semata saking agung, mulia dan besarnya nilai ibadah tersebut.

*Sumber : http://www.sufinews.com

Yang Tersembunyi Di Balik Semesta

Wongdewek - Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary"Allah swt. Maha Mengetahui sesungguhnya dirimu tidak sabar untuk menyaksikanNya, maka Allah swt mempersaksikan padamu apa yang tampak dariNya."Anda semua memang tidak sabar untuk segera memandang Allah Ta’ala, dan
Allah swt, Maha Tahu itu semua, lalu Dia menampakkan ciptaanNya padamu. Anda bisa memandang yang tersembunyi di balik ciptaanNya, maka di sanalah ada aktivitas Illahi, Asma’ dan SifatNya, lalu anda bisa memandangNya dengan Mata Hati. Namun mata kepala terbatas pada ciptaanNya belaka. Itulah yang disebut dengan memandang dibalik hijab. Suatu karomah kemuliaan bagimu sekaligus sebagai pertolonganNya padamu, dimana anda tidak terhijab dariNya di dunia ini.
Dalam hikmah-hikmah terdahulu Ibnu Athaillah As-Sakandary, bahkan mengurai panjang lebar mengenai tidak adanya alasan, seseorang untuk menegaskan bahwa Allah itu terhijab oleh segala sesuatu, karena Allah swt menyertai segala sesuatu, Ada sebelum segala sesuatu ada, bersama segala sesuatu, dan segala sesuatu menuju kepadaNya, kembali kepadaNya, hanya bagiNya. Dia adalah Satu-satunya, dan Dia adalah Yang Maha Dekat dibanding segalanya.
Karena itu beliau juga melanjutkan:
"Ketika Allah swt, Mengetahui adanya kebosanan darimu, maka Allah swt, memberikan ragam warna taat kepadamu. Dan Allah swt, Maha Tahu adanya ambisi dalam dirimu, maka Allah swt membatasinya bagimu dalam sebagian waktu, agar hasratmu adalah menegakkan sholat, bukan wujudnya sholat. Karena tidak setiap orang yang sholat itu adalah penegak sholat."

Manusia itu punya sifat pembosan, rasa berat, rasa sembrono, dan sekaligus punya ambisi. Namun semua itu merupakan tanda akan kelemahan manusia. Oleh sebab itu Allah swt, memberikan ragam dan macam ibadah, dengan waktu yang berbeda, bentuk ibadah yang berbeda pula, agar setiap perpindahan dari satu macam ibadah ke ragam lainnya, tetap bernilai ubudiyah kepada Allah swt.
Namun manusia punya ambisi berlebihan. Karena itu pula Allah memberikan batas-batas waktu agar nikmat Allah swt, terus berlangsung. Dua nikmat dalam peragaman ibadah dan pembatasan waktu ibadah, adalah wujud Kasih SayangNya kepadamu.
Bosan dan ambisi adalah dua sifat yang berbahaya bagi hamba Allah Ta’ala, karena jika dibiarkan akan memanjakan hawa nafsu dan semakin menjauhkan dari Allah swt.
Dengan demikian orientasi para hamba bukan pada wujud ibadahnya, wujud sholatnya, tetapi pada penegakan sholatnya. Tidak semua orang sholat benar-benar menjadi "penegak sholat". Muqimus-sholat berarti menegakkan melalui pemeliharaan lahir batin, hanya Lillahi Ta’ala. Tidak ada bayangan, gambaran, atau imajinasi, bahkan pikiran kemana-mana, selain hanya Allah Ta’ala saja. Itulah sang penegak sholat.

*Sumber : http://www.sufinews.com

Senin, 21 November 2016

Belajar Dari Sebuah Pensil


Wongdewek - Sabahat islam, dalam hidup setiap yang kita lihat ataupun yang kita lakukan ada sebuah hikmah yang dapat kita petik, sama hal nya pada cerita pendek penuh hikmah yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk kehidupan kita ke depan yaitu belajar dari sebuah pensil.
Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab,
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.
Pertama:
Pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.
Pensil dituntun oleh tangan,
Jadikan penuntun Kita adalah Allah Swt
Kedua:
Dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.
Ketiga:
Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.
Penghapus selalu membenarkan kata kata kita dengan menghapus tulisan yg salah.
Kita juga harus mendengar nasehat orang lain apabila kita salah dan segera introspeksi diri.
Keempat:
Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
Dalam hal ini yg ada dalam diri kita adalah hati dan nafsu, akal dan fikiran dan semua yg berasal dari dalam diri kita. Harus selalu kita kendalikan.
Kelima: Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”
kita pun demikian , apa yang kita perbuat akan meninggalkan goresan baik atau buruk yang nantinya akan di hisab,
maka berhati hatilah akan setiap goresan yg kita perbuat.

*Sumber : http://www.duniaislam.org 


Selasa, 15 November 2016

KATA MUTIARA DARI KITAB AL-HIKAM

Wongdewek - 

“Jika engkau berpisah dengan hari esok, maka tak akan bisa berjumpa kembali. Dan hari ini, tak dapat kau cari di esok hari.”
“Semakin lama, hitungan harimu memang semakin banyak. Tapi pada hakikatnya, setiap hari berkurang terus dan semakin mendekati batas akhir, kematian.”

“Dalam hadits Bukhari, diterangkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw menepuk pundak ibnu umar seraya berkata,”ketika engkau berada di sore hari, jangan menanti datangnya pagi. Ketika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu datangnya petang. Manfaatkanlah sehatmu untuk sakitmu dan pergunakan hidupmu untuk matimu.”

“Yang harus kita lakukan adalah menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah jangan banyak meminta, baik permohonan yang berkenaan dengan rezeki (dunia) maupun berkenaan dengan urusan akherat. Diminta atau tidak, jika Allah menghendaki pastilah terjadi.”

“Setiap nafas yang berhembus darimu, disitulah takdir Allah berlaku kepadamu.”

“Jika aku mau tegak berdiri dan berikhtiar maka Allah maha bijaksana dalam menentukan takdirnya kepadaku.”

“Cermin hati yang terwujud dalam gerak-gerik dan lahiriahmu, maka itulah yang disebut aura. Karena itu engkau mampu membentuk hatimu menjadi jernih, pikiranmu menjadi bersih, setiap langkah yang kau jejakkan dimuka bumi ini niscaya baik. Hidupmu akan bermanfaat bagi sesama.”

“diantara tanda-tanda matinya hati adalah tidak adanya kesedihan setelah terlewatkan kesempatan beramal taat, dan tidak ada penyesalan terhadap suatu pelanggaran yang engkau lakukan.”

“Sebagian ulama berpendapat bahwa matinya hati itu disebabkan tiga sifat, yaitu cinta kepada dunia secara berlebihan, ceroboh dan kurang berzikir, serta menuruti hawa nafsu.”

“Nabi bersabda,”Dunia ini perjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir”

“Ali bin Abi Thalib ra, “Perumpamaan dunia seperti ular yang lunak ketika disentuh, sedangkan racunnya mematikan.”

“Carilah sesuatu yan bermanfaat di dunia ini. Adapun yang bermanfaat adalah ilmu dan amal.”

“Ada dua nikmat yang tak satupun makhluk terlepas darinya, dan setiap yang wujud itu terjadi dari keduanya, yaitu imjad dan nikmat imdad.
  • Imjad adalah kenikmatan yang disebabkan oleh terwujudnya benda-benda atau sesuatu yang pada mulanya tidak ada menjadi ada.
  •  Imdad adalah kenikmatan yang disebabkan oleh tetap adanya sesuatu yang sudah ada sehingga menjadi lebih sempurna.
Pertolongan Allah ada 2 macam:
  1. Pertolongan jasmani : Dimana kita terpenuhi kebutuhan jasmanimu, pertolongan ini diberikan kepada semua makhluk yang melata dimuka bumi.“Dan tidak ada satu binatang melatapun di muka bumi melainkan Allah jua yang memberi rezekinya, dan ia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat menyimpan rezekinya. Dari semua itu terdapat dalam kitab yang nyata.” QS. Hud 6
  2. Pertolongan rohani : Adalah berupa ilmu dan iman yang tertanam di dalam hati

“Nabi Nuh selama ratusan tahun berdakwah namun pengikutnya 70-80 orang saja”

“Pondasi kita adalah keimanan, janganlah terlalu mengharapkan yang manis saja dalam hidup ini karena sering kali yang manis itu membuat sakit perut, dan jangan pula takut terhadap yang pahit karena siapa tahu dalam pahit itu mengandung obat yang manjur.”

“Jangan menuntut terhadap Allah karena keterlambatan terkabulnya permohonanmu, namun tuntutlah dirimu sendiri yang kurang sopan.”

“Tanda ikhlas itu ada 3, pertama ialah pujian dan celaan orang sama saja bagi dirinya. Kedua tidak riya dalam beramal taat ketika ia sedang melaksanakan amal itu. Ketiga, amal itu dilakukan hanya mengharap pahala akherat.”


Minggu, 13 November 2016

Download Murottal Al-Qur’an




Wongdewek - Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakaatuh, - Alhamdulillah Pada kesempatan kali ini saya membagikan postingan tentang Download MP3  Murottal Al-Qur’an Muhammad Thaha al Junaid.

Muhammad Thaha al Junaid adalah salah seorang Qari yang terkenal dengan suara emasnya. Bahkan kadang dijuluki sebagai qari dengan “suara dari syurga” oleh orang-orang arab. Debut pertama Muhammad Thaha al Junaid dimulai dari usia kecil, suaranya yang lembut dan lucu sebagai anak kecil membuatnya banyak disukai oleh banyak orang, terutama oleh anak-anak dan oleh para orang tua yang ingin membiasakan anak-anaknya mendengar al-Qur’an sedari kecil.Nah, bagi Anda para orang tua yang ingin membiasakan anak-anaknya untuk mendengar lantunan al-Quran sedari kecil, membiasakan mereka mendengar kalamullah agar masuk ke dalam hati dan agar mereka memegang teguh al-Quran di saat mereka dewasa kelak, memperdengarkan Murattal Al-Qur’an untuk anak adalah salah satu trik yang bisa Anda lakukan.
Berikut beberapa link download suara Muhammad Thoha Al-Junaid yang dapat Anda nikmati dari surat pilihan :


Murottal Muhammad Thoha Al-Junaid (Versi Anak-anak)




Surah Name Download MP3

Surah an-Naba
Download

Surah an-Naaziaat
Download

Surah Abasa
Download

Surah at-Takweer
Download

Surah al-Infitaar
Download

Surah al-Mutaffiffeen
Download

Surah al-Burooj
Download

Surah at-Taariq
Download

Surah al-Ghaashiyah
Download
                    

DOA DAN KEAJAIBANNYA


Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan jika hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku ini dekat, (yakni) Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Ku jika mereka berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Dari An-Nu’man bin Basyir radhiallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ ( وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ )

“Sesungguhnya doa adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca ayat, “Dan Rabb kalian berfirman: Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan (doa) kalian.” (QS. Ghafir: 60) (HR. Abu Daud no. 1479, At-Tirmizi no. 2969, Ibnu Majah no. 3873, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 3407)

Dari Ibnu Abbas -radhiallahu anhuma- dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الْعِبَادَةِ هُوَ الدُّعَاءُ

“Ibadah yang paling utama adalah doa.” (HR. Al-Hakim no. 1805 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1122)

Dari Salman Al-Farisi radhiallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ

“Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali amal kebajikan.” (HR. At-Tirmizi no. 3373, Ibnu Majah no. 3872, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2418)

Penjelasan ringkas :
Doa merupakan salah satu dari bentuk-bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala, bahkan dia merupakan ibadah yang paling utama secara mutlak. Hal itu karena tidak ada satu pun ibadah kecuali di dalamnya terkandung doa (permintaan), yakni tidaklah seseorang beribadah kecuali di dalam hatinya dia menginginkan dengan ibadahnya tersebut agar dia mendapat pahala dan masuk surga atau tidak masuk neraka. Tatkala semua ibadah mengandung doa, maka ibadah juga dinamakan sebagai doa tapi doa ibadah.

Sungguh Allah Ta’ala telah berjanji akan mengabulkan semua doa yang ditujukan kepada-Nya dan sebaliknya Dia mengancam semua makhluk yang enggan untuk berdoa kepada-Nya, dan ini menunjukkan rahmat dan kedekatan Allah kepada para hamba-Nya. Adapun bentuk pengabulannya:

Dari Abu Said -radhiallahu anhu- dia berkata bahwa Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan satu doa kepada Allah, yang mana doanya tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali karenanya Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga perkara: Akan disegerakan pengabulan doanya, ataukah akan disimpankan untuknya di akhirat, ataukah akan dihindarkan darinya kejelekan yang semisalnya.” Mereka (para sahabat) berkata, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa,” maka beliau bersabda, “Allah akan lebih banyak lagi memberikan.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad: 3/18. Diriwayatkan oleh At-Tirmizi dari Jabir bin Abdillah no. 3381 dan dari Ubadah bin Ash-Shamit no. 3573, dan keduanya dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmizi: 3/140,181)

Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma- dari Nabi -shallallahu alaihi wasallam- beliau bersabda, “Doa itu bermanfaat untuk musibah yang sudah turun dan musibah yang belum turun, karenanya wahai hamba-hamba Allah hendaknya kalian berdoa.” ( HR. Al-Hakim: 1/493 dan Ahmad: 5/234. Dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’no. 3402)

Dan para ulama menyebutkan bahwa doa mempunyai 3 keadaan bersama musibah:
1. Doanya lebih kuat daripada musibah, maka dia akan menolak datangnya.
2. Doanya lebih lemah daripada musibah yang datang, maka musibah itu akan menimpa hamba tersebut, akan tetapi doa itu akan memperingan musibah tersebut walaupun doanya lemah.
3. Kekuatan keduanya berimbang sehinga keduanya saling menahan.
[Lihat Al-Jawab Al-Kafi karya Imam Ibnu Al-Qayyim hal. 22,23,24 cet. Daar At-Turats]

Tambahan :
Doa secara bahasa bermakna meminta dan merendah.
Adapun secara istilah, doa adalah permintaan hamba kepada Rabbnya dengan cara merendah. Misalnya dikatakan: دَعَوْتُ اللهَ – أَدْعُو – دُعَاءً (saya telah berdoa kepada Allah – saya akan berdoa – doa) maka maknanya adalah: Saya merendah kepada-Nya dengan meminta dan saya mengharapkan kebaikan yang ada di sisi-Nya. (Al-Mishbah Al-Munir: 1/194)

Doa di dalam syariat ada dua jenis: Doa ibadah dan doa mas`alah. Doa mas`alah mengandung doa ibadah dan doa ibadah melazimkan adanya doa mas`alah. Dan kata ‘doa’ di dalam Al-Qur`an terkadang bermakna doa ibadah, terkadang bermakna doa mas`alah, dan terkadang bermakna keduanya. (Lihat Fath Al-Majid hal. 180)

Berikut uraiannya :
Jenis pertama: Doa ibadah, yaitu meminta pahala dengan menggunakan (baca: bertawassul) amalan-amalan saleh seperti: Pengucapan dua kalimat syahadat dan pengamalan konsekuensi keduanya, shalat, puasa, zakat, haji, menyembelih untuk Allah, dan bernazar untuk-Nya. Barangsiapa yang mengerjakan ibadah-ibadah ini dan ibadah fi’liyah (yang berupa perbuatan) lainnya maka berarti dia telah berdoa dan meminta kepada Rabbnya -dengan keadaannya ketika itu (sedang beribadah)- agar Dia mengampuni dirinya. Kesimpulannya, doa ibadah adalah seorang beribadah kepada Allah untuk meminta pahala-Nya dan karena takut terhadap siksaan-Nya.

Jenis doa (ibadah) ini tidak boleh diperuntukkan kepada selain Allah Ta’ala, dan barangsiapa yang memalingkan sedikit pun darinya kepada selain Allah maka sungguh dia telah kafir dengan kekafiran akbar yang mengeluarkan dari agama. Inilah yang disinyalir dalam firman Allah Ta’ala, “Dan Rabb kalian berfirman: “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60)

Jenis kedua: Doa mas`alah atau doa berupa permintaan. Dia adalah permintaan akan sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi orang yang berdoa berupa mendapatkan manfaat dan terhindar dari mudharat, serta meminta sesuatu yang merupakan kebutuhannya. Adapun hukum doa mas`alah, maka terdapat rincian sebagai berikut:

a. Jika doa mas`alah ini berasal dari seorang hamba dan ditujukan kepada yang semisalnya dari para makhluk sementara makhluk tersebut (yang ditujukan permintaan kepadanya, pent.) mampu memenuhi permintaannya, hidup, dan berada di dekatnya maka ini bukanlah kesyirikan. Misalnya kamu berkata kepada seseorang: Berikan saya air minum, atau kamu katakan: Wahai fulan, berikan saya makanan, atau ucapan semacamnya, maka yang seperti ini tidak bermasalah. Karenanya beliau -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

مَنْ اسْتَعَاذَ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ سَأَلَ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ وَمَنْ دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

“Barangsiapa yang meminta perlindungan dengan nama Allah maka lindungilah dia, barangsiapa yang meminta dengan menggunakan nama Allah maka berikanlah permintaannya, barangsiapa yang mengundang kalian maka penuhilah undangannya, dan barangsiapa yang berbuat kebaikan kepadamu maka balaslah dia, tapi jika kalian tidak mempunyai sesuatu untuk membalasnya maka doakanlah kebaikan untuknya sampai kalian menyangka kalian sudah membalas kebaikannya.” (HR. Abu Daud no. 1672, An-Nasai: 5/82, dan Ahmad dalam Al-Musnad: 2/68,99)

b. Seseorang berdoa dan meminta kepada makhluk sesuatu yang tidak ada yang sanggup memenuhinya kecuali Allah semata. Maka orang ini musyrik lagi kafir, baik makhluk tempat dia berdoa adalah orang yang masih hidup maupun telah meninggal, baik dia ada maupun tidak berada di dekatnya. Misalnya orang yang berdoa: Wahai tuanku, sembuhkanlah penyakitku, kembalikanlah barangku yang hilang, berikanlah kelapangan-berikanlah kelapangan, berikanlah aku anak. Ini adalah kekafiran akbar yang mengeluarkan dari agama. Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. Al-An’am: 17)

Jadi, doa ibadah tidak boleh ditujukan kepada selain Allah secara mutlak. Adapun doa mas`alah, maka dia bisa ditujukan kepada selain Allah dengan 3 syarat: Selain Allah itu hidup, hadir/mendengar permintaannya, dan sanggup untuk memenuhinya. Jika salah satu dari ketiga syarat ini tidak terpenuhi maka menyerahkan doa mas`alah kepada selain Allah adalah kesyirikan. Karenanya siapa saja yang beristighatsah kepada selain Allah atau berdoa kepada selain Allah dengan doa ibadah atau mas`alah pada sesuatu yang tidak ada yang sanggup memenuhinya kecuali Allah maka dia adalah orang yang musyrik lagi murtad.
Wallahu a'lam.

Sumber : al-atsariyyah.com/doa-keajaibannya.html



Sabtu, 12 November 2016

4 Situs Pembuat Banner Online Gratis


                                                                                       gambar : rocketbanner.com



Situs ini menyediakan fasilitas pembuatan banner yang sederhana. Anda tinggal memilih background, mengubah teks, memilih warna dan jenis font. Setelah cocok, klik tombol Generate. Jreengg.. jadilah banner anda. Anda bisa menyimpannya dengan klik kanan-save picture atau copy kode html dan taruh di web / blog anda.

Fasilitas banner yang disediakan situs ini agak bagus, berbentk flash banner. Pertama anda klik tombol Create. Pilih ukuran banner yang dikehendaki, mulai yang kecil sampai yang panjang. Pilih background yang anda inginkan. Ada banyak background dengan berbagai macam kategori. Anda juga bisa mengupload gambar dan foto sebagai background. Klik tombol Create lagi, anda akan dibawa ke sebuah jendela editing. Jika anda terbiasa dengan program prentasi, anda pasti bisa menyunting bagian ini. Anda tinggal pilih animasi teks, ganti teks anda. Anda bisa menambah slide sesuai keinginan. Setiap slide terdiri atas backgorund, teks dan animasinya. Setelah jadi anda bisa langsung download bannernya dalam bentuk flash.

Nama situsnya agak aneh, seperti hendak menjadikan banner sebagai makanan ringan. Untuk membuat banner di situs ini anda harus mendaftar dulu atau masuk menggunakan akun facebook anda. Setelah masuk di dashboard, anda memilih kran banner. Tinggal pilih template yang sudah disediakan, atau memulai dengan blank banner. Anda akan dibawa ke jendela editor yang lengkap. Silahkan mengisi teks, mengganti gambar, atau mengatur efek. Setelah jadi anda bisa menyimpan banner itu. Sayangnya, anda tidak bisa mendownloadnya dalam bentuk gif maupun flash sebelum upgrade menjadi premium member alias bayar. Anda bisa copy kode html-nya, itupun akan diberi watermark pada bannernya. Tapi anda bisa copy linknya dan meletakkan pada blog / web anda.

Situs yang ini juga mudah membuat bannernya. Tidak perlu mendaftar. Anda tinggal pilih template sesuai ukuran, lalu edit teksnya. Anda jga bisa mengganti backgrond image dengan gambar / foto anda. Setelah cocok, klik tombol Generate. Anda bisa download file banner dalam bentuk flash. Atau anda bisa copy kode html-nya. Tapi banneranda akan disertai teks dari situs ini, letaknya biasanya di pojok dan kecil. Kalau anda ingin teks ini tidak tercantum, anda harus mendaftar dan membayar. 

semoga bermanfaat

Jumat, 11 November 2016

Mencari Keberkahan Hidup


Wongdewek - Sahabat islam, Berkah ini sering kita jadikan tujuan hidup di samping mencari ridho Allah. Mencari Keberkahan hidup pada hakekatnya adalah mencari bahagia. Di pesantren atau di acara pengajian, kita diajarkan yang terpenting mencari berkah, bukan sekadar kepintarannya. Kalau sekadar pintar saja tetapi tidak berkah maka ilmu tersebut bisa menjadi malapetaka.
Orang tua kita juga memberi pesan agar dalam hidup, yang kita cari adalah berkah. Dan berkah ini tidak selalu berkorelasi dengan banyaknya harta yang kita miliki. Ada sebuah hadits yang sering dijadikan doa, terutama kepada pengantin yang seringkali dijadikan sebuah kutipan dalam undangan pernikahan.
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا
Artinya: “Semoga Allah memberi berkah untukmu, memberi bekas atasmu, dan menghimpun yang terserak di antara kalian berdua.” (HR At-Turmudzi)
Dalam kajian ilmu Nahwu kalimat “laka”, itu digunakan untuk hal-hal yang sifatnya menguntungkan atau menyenangkan. Kalau yang tidak enak, menggunakan kata “alaika”. Ternyata, bahasa laka dan alaika digunakan oleh Rasulullah dalam hadits tersebut supaya orang itu mendapat keberkahan baik dari hal yang enak maupun yang tidak enak. Semuanya ada nilai keberkahannya. Bagi sementara orang, keberkahan itu sesuatu yang enak secara fisik saja. Padahal bisa jadi, yang tidak enak itu lah yang sebenarnya menjadi berkah.
Misalnya, setelah menjadi seorang anggota DPR harus masuk penjara. Ini menunjukkan sesuatu yang tampaknya enak, berupa jabatan tinggi yang dihormati banyak orang, ternyata malah membawa bencana. Orang sakit juga bisa mendapat keberkahan karena dengan beristirahat, maka ia memiliki kesempatan untuk mengevaluasi dirinya, momen yang ia peroleh lantaran kesibukan dirinya. Ini menunjukkan bahwa antara yang menguntungkan dan tidak menguntungkan, sama-sama mendapat peluang mendapat keberkahan.
Bertambahnya sesuatu juga belum tentu membawa kebaikan jika tidak mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang tambah umurnya belum tentu lebih berkah, orang yang tampak rezekinya juga belum tentu tambah berkah. Demikian pula, orang yang tambah ilmu juga belum tentu mendapatkan berkah jika ilmu tersebut hanya menjadi kebanggaan diri, bukan untuk diajarkan kepada orang lain atau untuk menambah keimanan kepada Allah.
مَنِ ازْدَادَ عِلمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدىً لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلّا بُعْدًا
Artinya, Barangsiapa bertambah ilmunya namun tidak bertambah petunjuk yang ia raih, niscaya dia hanya menambah jauh jarak dari Allah
Jadi ilmu tambah bukan berarti semakin dekat dengan Allah. Ini adalah cerminan dari ilmu yang tidak berkah.
Berkah itu maknanya kebahagiaan. Orang berbahagia itu sering diukur hanya dari ukuran fisiknya. Benarkah demikian? Dalam pandangan agama, tanda-tanda kebahagiaan tidak selalu yang tampak secara dhahir. Karena tampilan lahiriah sejumlah orang bisa saja seolah bahagia, tapi batin mereka menderita.
ومِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. (QS: al-Rum 21)
Sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah adalah Ia menciptakan istri-istri yang dapat menentramkan jiwa dan menciptakan kasih sayang antara keduanya. Kebahagian rumah tangga bukan terletak pada kecantikan istri atau kekayaan suami. Misalnya, apa iya kalau punya istri cantik terus berbahagia. Mungkin iya, tetapi mungkin saja tambah pusing. Belum tentu mendapat kebahagiaan. Betapa banyak pasangan cantik rupawan yang justru berakhir pada perceraian. Bahkan rata-rata penggugat datang dari perempuan. Ini bukti bahwa mereka tidak bahagia. Karena itu, hal yang bersifat dhahir menarik tidak menjamin rasa bahagia.
Standar untuk menilai kebahagiaan keluarga tidak dilihat dari harta apa yang dimiliki, tetapi apakah suami istri tersebut memiliki akhlak yang baik. Jika mereka memiliki akhlak yang mulia, insyaallah mereka akan berbahagia.
Meraih Keberkahan Hidup bisa kita raih dengan senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah subhanahu wata’ala seraya terus menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, seperti syukur, qana’ah, gemar bersedekah, berbakti kepada kedua orang tua, dan lain-lain. (27/1)
Semoga bermanfaat.
*Sumber : NU.or.id Rubrik Khatbah Jumat


Kisah Teladan Kesabaran Rasulullah


Wongdewek - Sahabat islam, Dalam diri Nabi Muhammad SAW selalu ada nilai keteladanan (QS al-Ahzab [33]: 21).Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Salah satunya Kisah Teladan Kesabaran Rasulullah. Ketika Nabi disakiti, beliau tidak pernah membalasnya. Nabi menghadapinya dengan kesabaran.
Dikisahkan, setiap kali Nabi SAW melintas di depan rumah seorang wanita tua, Nabi selalu diludahi oleh wanita tua itu. Suatu hari, saat Nabi SAW melewati rumah wanita tua itu, beliau tidak bertemu dengannya. Karena penasaran, beliau pun bertanya kepada seseorang tentang wanita tua itu. Justru orang yang ditanya itu merasa heran, mengapa ia menanyakan kabar tentang wanita tua yang telah berlaku buruk kepadanya.
Setelah itu Nabi SAW mendapatkan jawaban bahwa wanita tua yang biasa meludahinya itu ternyata sedang jatuh sakit. Bukannya bergembira, justru beliau memutuskan untuk menjenguknya. Wanita tua itu tidak menyangka jika Nabi mau menjenguknya.
Ketika wanita tua itu sadar bahwa manusia yang menjenguknya adalah orang yang selalu diludahinya setiap kali melewati depan rumahnya, ia pun menangis di dalam hatinya, “Duhai betapa luhur budi manusia ini. Kendati tiap hari aku ludahi, justru dialah orang pertama yang menjengukku.”
Dengan menitikkan air mata haru dan bahagia, wanita tua itu lantas bertanya, “Wahai Muhammad, mengapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku meludahimu?” Nabi SAW menjawab, “Aku yakin engkau meludahiku karena engkau belum tahu tentang kebenaranku. Jika engkau telah mengetahuinya, aku yakin engkau tidak akan melakukannya.”
Mendengar jawaban bijak dari Nabi, wanita tua itu pun menangis dalam hati. Dadanya sesak, tenggorokannya terasa tersekat. Lalu, dengan penuh kesadaran, ia berkata, “Wahai Muhammad, mulai saat ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu.” Lantas wanita tua itu mengikrarkan dua kalimat syahadat, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Demikianlah salah satu kisah teladan kesabaran Nabi Muhammad SAW yang sungguh menakjubkan dan sarat akan nilai keteladanan. Nabi SAW tidak pernah membalas keburukan orang yang menyakitinya dengan keburukan lagi, tetapi Nabi justru memaafkannya.
Dalam syair dikatakan, sabar memang pahit seperti namanya, tetapi akibatnya lebih manis dari madu. Masih banyak kisah tentang kesabaran Nabi lainnya yang hendaknya terus digali, lalu disosialisasikan, dan berikutnya diteladani.
Dengan demikian, jika nilai-nilai kesabaran ini dijadikan sebagai landasan dalam membangun bangsa dan negara, tidak menutup kemungkinan harmonisasi antarmasyarakat, masyarakat dengan pemimpin, dan antarpemimpin akan dapat terwujud. Wallahu a’lam.

*Sumber : duniaislam.org

Kisah Tauladan Sahabat Nabi, Zahid ra Yang Mengharukan

Wongdewek – Sahabat islam, Banyak sekali kisah tauladan pada zaman Rasullah dan sahabat nabi yang bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk menambah keimanan kita semua salah satunya Kisah tauladan sahabat nabi yang bernama zahid ra. Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.
“Wahai saudaraku Zahid, selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah SAW menyapa.
“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.
“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah,” kata Rasulullah SAW.
Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”
” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.
“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”
Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”
Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.
Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”
Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong.”
Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini. bukankah lebih disuruh masuk?”
“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.
Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah..!” dan Zulfah merasa dirinya terhina.
Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”
Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul?”
Akhirnya Said berkata, “Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah.”
Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda ini.
Karena ingat firman Allah dalam Al-Quran surat 24 : 51. Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24:51)”
Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.
“Bagaimana Zahid?”
“Alhamdulillah diterima ya rasul,” jawab Zahid.
“Sudah ada persiapan?”
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa.”
Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”
Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?”.
Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus.”
Para sahabat menasehatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”
Zahid menjawab dengan tegas, “Itu tidak mungkin!”
Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. 9:24).
Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah. Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”
Lalu Rasulullah membacakan Al-Quran surat 3 : 169-170 dan 2:154). Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS 3: 169-170).
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. 2:154).
Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfah pun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”

*Sumber : duniaislam.org