Wongdewek -
Al-Junayd berkata, “Kesulitan dalam ‘uzlah lebih mudah diatasi ketimbang kesenangan berada bersama orang lain.” Makhul asy-Syaami mengatakan, “Memang bergaul dengan sesama manusia ada baiknya, tetapi ada rasa aman dalam ‘uzlah.”
“Majelis paling mulia dan paling luhur, adalah duduk disertai kontemplasi di medan Tauhid.”
Al-Junayd berkata, “Barangsiapa menginginkan agamanya dan raganya sehat serta jiwanya tentram, lebih baik la memisahkan diri dari orang banyak. Sesungguhnya zaman yang penuh ketakutan, dan orang yang bijak adalah yang memilih kesendiriannya.”
Al-Junayd berkata, “Kesulitan dalam ‘uzlah lebih mudah diatasi ketimbang kesenangan berada bersama orang lain.”
Al-Junayd sedang duduk duduk bersama Ruwaym, Al-jurairy dan Ibnu Atha’. Al-Junayd berkata, “Seseorang tidak akan selamat kecuali bila berlindung secara ikhlas kepada Allah.” Allah Swt. berfirman, “Dan terhadap tiga orang yang tidak ikut serta (berjihad), hingga ketika bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah saja. Kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Q.s. At Taubah: 118).
Seorang murid Junayd beranggapan bahwa ia telah mencapai derajat kesempurnaan. “Lebih baik aku menyendiri,” pikirnya.
Maka ia pun menyendiri di sebuah sudut kamarnya dan duduk di sana selama beberapa waktu.
Setiap malam, seekor unta dibawa kehadapannya dan dikatakan padanya, “Kami akan membawamu ke surga.”
Ia pun menunggangi unta itu dan berkendara sampai tiba di sebuah tempat yang menyenangkan dan membahagiakan, tempat yang dipenuhi oleh orang orang tampan. Di sana berlimpah jenis makanan dan air yang mengalir.
Ia tinggal disana hingga fajar; kemudian ia akan tertidur dan telah berada di kamarnya ketika terjaga, ia pun menjadi bangga dan sombong karena hal ini.
“Setiap malam aku dibawa ke surga,” katanya membanggakan diri.
Kata-katanya ini sampai kepada Junayd. Junayd pun segera bangkit dan menuju ke kamar muridnya itu. Di sana Junayd menemukannya mempraktikkan tata karma yang tinggi. Junayd bertanya padanya tentang apa yang tejadi. Si murid pun menceritakan keseluruhan cerita kepada sang syeikh.
Maka ia pun menyendiri di sebuah sudut kamarnya dan duduk di sana selama beberapa waktu.
Setiap malam, seekor unta dibawa kehadapannya dan dikatakan padanya, “Kami akan membawamu ke surga.”
Ia pun menunggangi unta itu dan berkendara sampai tiba di sebuah tempat yang menyenangkan dan membahagiakan, tempat yang dipenuhi oleh orang orang tampan. Di sana berlimpah jenis makanan dan air yang mengalir.
Ia tinggal disana hingga fajar; kemudian ia akan tertidur dan telah berada di kamarnya ketika terjaga, ia pun menjadi bangga dan sombong karena hal ini.
“Setiap malam aku dibawa ke surga,” katanya membanggakan diri.
Kata-katanya ini sampai kepada Junayd. Junayd pun segera bangkit dan menuju ke kamar muridnya itu. Di sana Junayd menemukannya mempraktikkan tata karma yang tinggi. Junayd bertanya padanya tentang apa yang tejadi. Si murid pun menceritakan keseluruhan cerita kepada sang syeikh.
Junayd berkata kepadanya, “Malam ini, saat engkau dibawa ke sana, ucapkanlah tiga kali: “Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah, Yang Mahatinggi, Yang Mahaagung.”
Seketika, semua yang ada disana berteriak dan pergi melarikan diri. Ia menemukan dirinya berada diatas gundukan kotoran hewan dengan tulang-tulang berserakan di sekitarnya.
Menyadari kesalahannya, ia pun bertobat dan kembali ke kelompok Junayd. Ia telah belajar bahwa bagi seorang murid, pengasingan diri adalah racun memetikan.
Seketika, semua yang ada disana berteriak dan pergi melarikan diri. Ia menemukan dirinya berada diatas gundukan kotoran hewan dengan tulang-tulang berserakan di sekitarnya.
Menyadari kesalahannya, ia pun bertobat dan kembali ke kelompok Junayd. Ia telah belajar bahwa bagi seorang murid, pengasingan diri adalah racun memetikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar