Wongdewek - Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary"Allah
swt. Maha Mengetahui sesungguhnya dirimu tidak sabar untuk
menyaksikanNya, maka Allah swt mempersaksikan padamu apa yang tampak
dariNya."Anda semua memang tidak sabar untuk segera memandang Allah Ta’ala, dan
Allah swt, Maha Tahu itu semua, lalu Dia menampakkan ciptaanNya
padamu. Anda bisa memandang yang tersembunyi di balik ciptaanNya, maka
di sanalah ada aktivitas Illahi, Asma’ dan SifatNya, lalu anda bisa
memandangNya dengan Mata Hati. Namun mata kepala terbatas pada
ciptaanNya belaka. Itulah yang disebut dengan memandang dibalik hijab.
Suatu karomah kemuliaan bagimu sekaligus sebagai pertolonganNya padamu,
dimana anda tidak terhijab dariNya di dunia ini.
Dalam hikmah-hikmah terdahulu Ibnu Athaillah As-Sakandary, bahkan
mengurai panjang lebar mengenai tidak adanya alasan, seseorang untuk
menegaskan bahwa Allah itu terhijab oleh segala sesuatu, karena Allah
swt menyertai segala sesuatu, Ada sebelum segala sesuatu ada, bersama
segala sesuatu, dan segala sesuatu menuju kepadaNya, kembali kepadaNya,
hanya bagiNya. Dia adalah Satu-satunya, dan Dia adalah Yang Maha Dekat
dibanding segalanya.
Karena itu beliau juga melanjutkan:
"Ketika Allah swt, Mengetahui
adanya kebosanan darimu, maka Allah swt, memberikan ragam warna taat
kepadamu. Dan Allah swt, Maha Tahu adanya ambisi dalam dirimu, maka
Allah swt membatasinya bagimu dalam sebagian waktu, agar hasratmu adalah
menegakkan sholat, bukan wujudnya sholat. Karena tidak setiap orang
yang sholat itu adalah penegak sholat."
Manusia itu punya sifat pembosan, rasa berat, rasa sembrono, dan
sekaligus punya ambisi. Namun semua itu merupakan tanda akan kelemahan
manusia. Oleh sebab itu Allah swt, memberikan ragam dan macam ibadah,
dengan waktu yang berbeda, bentuk ibadah yang berbeda pula, agar setiap
perpindahan dari satu macam ibadah ke ragam lainnya, tetap bernilai
ubudiyah kepada Allah swt.
Namun manusia punya ambisi berlebihan. Karena itu pula Allah
memberikan batas-batas waktu agar nikmat Allah swt, terus berlangsung.
Dua nikmat dalam peragaman ibadah dan pembatasan waktu ibadah, adalah
wujud Kasih SayangNya kepadamu.
Bosan dan ambisi adalah dua sifat yang berbahaya bagi hamba Allah
Ta’ala, karena jika dibiarkan akan memanjakan hawa nafsu dan semakin
menjauhkan dari Allah swt.
Dengan demikian orientasi para hamba bukan pada wujud ibadahnya,
wujud sholatnya, tetapi pada penegakan sholatnya. Tidak semua orang
sholat benar-benar menjadi "penegak sholat". Muqimus-sholat berarti
menegakkan melalui pemeliharaan lahir batin, hanya Lillahi Ta’ala. Tidak
ada bayangan, gambaran, atau imajinasi, bahkan pikiran kemana-mana,
selain hanya Allah Ta’ala saja. Itulah sang penegak sholat.
*Sumber : http://www.sufinews.com
Dalam hikmah-hikmah terdahulu Ibnu Athaillah As-Sakandary, bahkan mengurai panjang lebar mengenai tidak adanya alasan, seseorang untuk menegaskan bahwa Allah itu terhijab oleh segala sesuatu, karena Allah swt menyertai segala sesuatu, Ada sebelum segala sesuatu ada, bersama segala sesuatu, dan segala sesuatu menuju kepadaNya, kembali kepadaNya, hanya bagiNya. Dia adalah Satu-satunya, dan Dia adalah Yang Maha Dekat dibanding segalanya.
Karena itu beliau juga melanjutkan:
"Ketika Allah swt, Mengetahui adanya kebosanan darimu, maka Allah swt, memberikan ragam warna taat kepadamu. Dan Allah swt, Maha Tahu adanya ambisi dalam dirimu, maka Allah swt membatasinya bagimu dalam sebagian waktu, agar hasratmu adalah menegakkan sholat, bukan wujudnya sholat. Karena tidak setiap orang yang sholat itu adalah penegak sholat."
Manusia itu punya sifat pembosan, rasa berat, rasa sembrono, dan sekaligus punya ambisi. Namun semua itu merupakan tanda akan kelemahan manusia. Oleh sebab itu Allah swt, memberikan ragam dan macam ibadah, dengan waktu yang berbeda, bentuk ibadah yang berbeda pula, agar setiap perpindahan dari satu macam ibadah ke ragam lainnya, tetap bernilai ubudiyah kepada Allah swt.
Namun manusia punya ambisi berlebihan. Karena itu pula Allah memberikan batas-batas waktu agar nikmat Allah swt, terus berlangsung. Dua nikmat dalam peragaman ibadah dan pembatasan waktu ibadah, adalah wujud Kasih SayangNya kepadamu.
Bosan dan ambisi adalah dua sifat yang berbahaya bagi hamba Allah Ta’ala, karena jika dibiarkan akan memanjakan hawa nafsu dan semakin menjauhkan dari Allah swt.
Dengan demikian orientasi para hamba bukan pada wujud ibadahnya, wujud sholatnya, tetapi pada penegakan sholatnya. Tidak semua orang sholat benar-benar menjadi "penegak sholat". Muqimus-sholat berarti menegakkan melalui pemeliharaan lahir batin, hanya Lillahi Ta’ala. Tidak ada bayangan, gambaran, atau imajinasi, bahkan pikiran kemana-mana, selain hanya Allah Ta’ala saja. Itulah sang penegak sholat.
*Sumber : http://www.sufinews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar